Setelah hampir 20 jam melakukan lobi intensif lewat telepon — memadukan ancaman dan rayuan — Presiden Donald Trump akhirnya berhasil meloloskan RUU besar yang menjadi pilar agenda domestiknya. RUU tersebut disahkan dengan hanya dua anggota Partai Republik yang membelot, menandai tonggak penting dalam periode kedua kepresidenannya.
Trump, yang tampak frustrasi melihat lambatnya proses voting di televisi, meluapkan emosinya di media sosial. “APA YANG DITUNGGU REPUBLIKAN??? MAGA TIDAK SENANG, DAN KALIAN KEHILANGAN SUARA!!!” tulisnya tengah malam.
Namun 14 jam kemudian, kemenangan diraih. RUU disahkan, dan Trump dijadwalkan akan menandatanganinya dalam sebuah seremoni besar di Gedung Putih pada Jumat, lengkap dengan atraksi pesawat B-2 yang pernah digunakan untuk menggempur fasilitas nuklir Iran bulan lalu.
Langkah ini mempertegas dominasi politik Trump yang kini berada di puncak, hanya enam bulan sejak memulai masa jabatan keduanya. Dukungan Mahkamah Agung atas perluasan kekuasaan eksekutif, keberhasilan serangan ke fasilitas nuklir Iran yang memicu dorongan perdamaian di Gaza, serta hasil KTT NATO yang sesuai preferensinya menambah daftar pencapaian terbaru sang presiden.
Di dalam negeri, ekonomi terus menciptakan lapangan kerja meski kekhawatiran tarif masih menghantui. Penegakan hukum imigrasi yang keras, meskipun dikritik sebagai tidak manusiawi, berhasil menurunkan angka imigrasi ilegal di perbatasan selatan AS ke titik terendah.
“Sekarang saya punya lebih banyak kekuasaan,” ujar Trump di dekat Air Force One, tak lama setelah RUU itu disahkan.
Strategi Lobi: Ancaman, Rayuan, dan Konsistensi
Menurut pejabat Gedung Putih, keberhasilan RUU ini tak lepas dari keterlibatan langsung Trump. Ia disebut sebagai “kekuatan omnipresent” di balik undang-undang tersebut. Bertemu dengan anggota parlemen di Mar-a-Lago, menyantap makan malam, hingga menelepon hingga larut malam, Trump memanfaatkan semua saluran pengaruhnya.
Namun lobi Trump tidak selalu keras. Dalam pertemuan dengan anggota DPR dari Partai Republik, Trump menggunakan pendekatan personal: memuji penampilan televisi mereka, membagikan suvenir, bahkan menandatangani kartu nama. Tapi ia juga tegas: “RUU ini sudah final, tidak akan ada perubahan lagi.”
Pro dan Kontra: Jalan Terjal Menuju Legitimasi Publik
Meski telah disahkan, RUU tersebut menghadapi skeptisisme publik yang besar. Pemimpin Minoritas DPR Hakeem Jeffries bahkan menyampaikan pidato maraton mengkritik RUU ini sebagai bentuk “kekejaman, kekacauan, dan korupsi.”
RUU ini menetapkan pemotongan pajak dalam waktu dekat namun menunda perubahan besar pada program Medicaid dan bantuan pangan hingga setelah pemilu sela tahun depan. Strategi ini tampak dirancang untuk meminimalisir dampak politik dalam jangka pendek.
Tekanan dari Dalam: Ancaman Primaries dan Jaminan Kebijakan
Beberapa anggota parlemen awalnya menolak RUU ini, termasuk Rep. Thomas Massie dan Senator Thom Tillis. Namun tekanan dari Trump — termasuk ancaman untuk mendukung penantang di pemilu pendahuluan — membuat mereka luluh. Tillis akhirnya mengumumkan pengunduran diri.
Trump juga menawarkan janji kepada faksi garis keras: bahwa ia akan menggunakan kekuasaan eksekutif untuk menegakkan penghapusan insentif pajak energi hijau secara bertahap, yang merupakan titik tarik utama bagi kelompok fiskal konservatif.
Tantangan Berikutnya: Penjelasan ke Publik
Gedung Putih mengakui bahwa upaya menjual RUU ke publik masih minim. Fokus utama selama ini adalah meloloskan RUU. “Sekarang kami harus beralih ke penjelasan bagaimana RUU ini menguntungkan rakyat,” kata seorang pejabat.
Sejarah menunjukkan bahwa presiden yang gagal menjual RUU besar kerap menghadapi kekalahan partai dalam pemilu berikutnya. Bagi Trump, tantangan berikutnya bukan lagi meloloskan agenda, tetapi meyakinkan rakyat bahwa agenda itu benar-benar memberi manfaat.
Dengan waktu yang terbatas di masa jabatan kedua, Trump tampaknya tak ingin menyia-nyiakan momentum. Bagi pendukungnya, ini adalah bukti kepemimpinan efektif. Bagi pengkritiknya, ini alarm bahaya bahwa kekuasaan terlalu terpusat.
Yang pasti, RUU ini — baik dipuji atau dikritik — akan menjadi warisan penting dalam sejarah politik Donald Trump. (***)




Leave a Reply