Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, mendorong masyarakat Jawa Tengah, terutama kalangan muda dan lulusan perguruan tinggi, untuk mempertimbangkan bekerja di luar negeri sebagai solusi mengatasi tingginya angka pengangguran di daerah.
Hal itu disampaikan Karding dalam talkshow dan peresmian Migrant Center di Gedung Prof. Soedarto, Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Kamis (26/6).
“Di Jateng ada hampir 1 juta yang belum terserap, Anda (mahasiswa) calon tenaga kerja yang tidak terserap, maka segera berpikir ke luar negeri,” kata Karding di hadapan peserta yang didominasi mahasiswa.
Bekerja di Luar Negeri: Solusi Utama, Bukan Alternatif
Karding menyebut bahwa bekerja di luar negeri sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) terampil bukan sekadar jalan alternatif, melainkan bisa menjadi jalur utama menuju karier global. Ia menegaskan bahwa peran P2MI adalah mendorong penyerapan tenaga kerja ke luar negeri, berbeda dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) yang menangani penyerapan dalam negeri.
“Pertanyaan itu harusnya ke Menaker, bukan saya. Karena yang bertanggung jawab soal penyerapan tenaga kerja dalam negeri itu Menaker. Saya menyerap yang ke luar negeri,” ujarnya.
“Justru bekerja di luar negeri adalah jembatan kita untuk menapak karier yang lebih bagus. Karier global. Jadi menurut saya, ini bukan pilihan alternatif, tapi pilihan paling utama,” tegasnya.
Angka Pengangguran Nasional Jadi Alarm Serius
Dalam kesempatan tersebut, Karding juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap angka pengangguran nasional yang disebutnya telah melampaui 70 juta orang. Kondisi ini menurutnya memerlukan pendekatan solusi yang lebih strategis, termasuk melalui perluasan pasar kerja ke luar negeri.
Ia menilai bahwa selama ini banyak masyarakat memandang kerja di luar negeri hanya sebagai pelarian atau pilihan terakhir, padahal seharusnya menjadi bagian dari strategi nasional dalam membangun SDM berdaya saing global.
PMI sebagai Duta Nilai-Nilai Indonesia
Lebih jauh, Karding mengajak masyarakat memandang pengiriman tenaga kerja ke luar negeri bukan semata-mata demi ekonomi, tapi juga sebagai sarana menyebarkan pengaruh dan nilai-nilai Indonesia ke dunia internasional.
“Kalau sekarang menguasai dunia bukan dengan perang, tapi dengan ide dan gagasan. Korea Selatan menguasai kita karena K-Pop-nya didesain bagus,” katanya.
“Kita kuasai dunia dengan kirim PMI yang punya skill. Sehingga nilai-nilai ke-Indonesiaan itu menyebar ke seluruh dunia,” lanjut Karding penuh semangat.
Acara talkshow tersebut juga dirangkai dengan peresmian Migrant Center Universitas Diponegoro, yang diharapkan menjadi pusat informasi, pelatihan, dan pendampingan bagi mahasiswa dan alumni yang ingin bekerja di luar negeri secara resmi dan legal.
Pendirian Migrant Center di lingkungan perguruan tinggi disebut sebagai langkah strategis untuk menjembatani generasi muda dengan dunia kerja global, sekaligus mendorong pengiriman PMI terampil dan berdaya saing tinggi.
Pernyataan dan dorongan dari Menteri P2MI ini menandai pergeseran paradigma terhadap pekerjaan di luar negeri. Bukan lagi sekadar peluang ekonomi, tapi bagian dari strategi membentuk karier internasional, pengaruh global, dan diplomasi budaya Indonesia melalui tenaga kerja.
Dengan angka pengangguran yang masih tinggi dan tantangan global yang semakin kompetitif, keberadaan Migrant Center serta semangat baru dari kementerian terkait diharapkan dapat menjadi angin segar bagi para pencari kerja di tanah air. (***)