Di atas ring Sao Paulo, Brasil, Bumi Magani Abraar Himara tampil penuh keberanian dan teknik tinggi. Remaja 15 tahun asal Kota Bogor ini menorehkan sejarah sebagai juara pertama dalam ajang GAMMA World MMA Championship kategori U-16 kelas 54 kilogram yang digelar pada 16–22 Juni 2025.
Prestasi membanggakan itu menjadi bukti nyata bahwa kerja keras, dedikasi, dan semangat pantang menyerah mampu mengantarkan atlet muda Indonesia bersinar di panggung dunia. Bumi tampil dominan sejak awal pertandingan, melancarkan serangan demi serangan dengan penuh percaya diri hingga akhirnya keluar sebagai juara dunia.
Namun, pencapaian ini bukanlah hasil instan. Perjalanan panjang yang penuh tantangan telah dilaluinya sejak usia dini.
Berawal dari Ketertarikan yang Tak Biasa
Perkenalan Bumi dengan dunia bela diri dimulai sejak ia duduk di bangku kelas 6 SD. Namun karena keterbatasan pertandingan MMA untuk anak-anak, sang ibu, Devi, menyebut bahwa bakat dan minat Bumi awalnya diarahkan ke olahraga Wushu.
“Awalnya dia suka MMA, tapi karena waktu itu jarang ada pertandingan untuk anak-anak, akhirnya diarahkan dulu ke Wushu,” tutur Devi.
Meski begitu, minatnya terhadap MMA tidak pernah surut. Melihat keseriusan anaknya, keluarga memutuskan untuk mendukung penuh impian Bumi, yang akhirnya menekuni dunia Mixed Martial Arts secara serius.
“Akhirnya karena dia sudah suka di situ, kami dukung terus sehingga bisa terus berprestasi hingga saat ini,” tambahnya.
Didikan Pelatnas dan Langkah ke Panggung Dunia
Bumi kini tercatat sebagai bagian dari Pelatnas Pertacami (Persatuan Tarung Campuran Indonesia) yang berpusat di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Di bawah bimbingan pelatih nasional, ia digembleng secara intensif dan disiplin. Penampilannya di Brasil menjadi bukti bahwa pembinaan yang tepat mampu melahirkan petarung muda bertaraf dunia.
Tak berhenti di Brasil, tantangan berikutnya langsung menanti. Setelah dinobatkan sebagai juara dunia, Bumi dijadwalkan terbang ke Bahrain untuk mengikuti kejuaraan lanjutan. Ia tidak sempat kembali ke Indonesia untuk merayakan kemenangannya.
“Dia tidak pulang, jadi langsung ke Bahrain untuk ikut bertanding lagi,” ujar Devi.
Perjuangan Anak, Kegelisahan Seorang Ibu
Meski bangga dengan prestasi putranya, Devi mengaku tidak mudah mendampingi anak yang memilih jalur olahraga keras seperti MMA. Benturan fisik, risiko cedera, dan tekanan pertandingan membuatnya kerap menahan napas dalam kecemasan.
“Kalau dia tanding, saya biasanya balik badan, berdoa saja. Saya nggak pernah nonton langsung. Kadang kalau lihat dia kena pukul, hati saya nggak terima,” ungkap Devi dengan suara bergetar.
MMA memang bukan cabang olahraga yang umum digeluti anak-anak seusia Bumi. Namun keberanian dan tekadnya yang luar biasa mengubah kekhawatiran menjadi kebanggaan nasional.
Harapan bagi Generasi Petarung Muda Indonesia
Keberhasilan Bumi menjadi juara dunia U-16 membawa harapan baru bagi perkembangan olahraga MMA di Indonesia. Ia membuktikan bahwa usia muda bukan penghalang untuk bersaing di level tertinggi dunia jika didukung oleh sistem pembinaan yang baik dan keluarga yang solid.
Masyarakat berharap pemerintah dan pihak terkait bisa memberikan perhatian lebih terhadap bibit-bibit muda potensial seperti Bumi. Tak hanya dari sisi pembinaan teknis, tetapi juga perlindungan terhadap fisik dan mental atlet belia.
Nama Bumi Magani kini menjadi inspirasi bagi banyak anak muda Indonesia. Dari Bogor hingga Brasil, perjuangannya menjadi bukti bahwa tekad dan keberanian mampu menembus batas-batas geografis dan menjulang ke puncak prestasi dunia. Langkahnya di Bahrain pun ditunggu sebagai lanjutan kisah sukses petarung muda kebanggaan Merah Putih.








Leave a Reply