Berita Kesehatan – Video pendek kini menjadi format dominan di media sosial. Platform seperti TikTok, Reels, dan YouTube Shorts mendorong konten cepat dan sangat menarik. Namun, dominasi ini memunculkan pertanyaan serius. Banyak pihak kini mempertanyakan dampak konsumsi berlebihan terhadap kesehatan mental serta fungsi otak.
Video Pendek Meningkat, Kekhawatiran Ikut Tumbuh
Fenomena ini bukan sekadar tren baru. Popularitas video berdurasi singkat kini mendorong peneliti untuk memahami dampaknya. Bahkan istilah “brain rot” menjadi populer di kalangan pengguna internet. Istilah tersebut menggambarkan kemunduran kondisi mental seseorang akibat konsumsi konten yang terlalu berlebihan.
Bukan hanya istilah di dunia maya, Oxford University Press menjadikan “brain rot” sebagai Kata Tahun 2024. Hal ini menunjukkan bahwa kekhawatiran tersebut telah mencapai level mainstream.
Walau penelitian dalam tahap awal, sejumlah kajian sudah menimbulkan tanda tanya besar. Dampaknya tidak hanya pada pola perhatian pengguna. Bahkan gejala kesehatan mental turut dikaitkan.
Temuan Studi Besar: Hubungan dengan Penurunan Kognitif
Kaitan Antara Video Pendek dan Gangguan Atensi
Tinjauan ilmiah yang dimuat dalam Psychological Bulletin oleh APA menggabungkan 71 studi dengan hampir 100.000 peserta. Temuannya menunjukkan konsumsi video pendek dalam kadar tinggi berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif. Terutama dalam aspek rentang perhatian dan kontrol impuls.
Artinya, semakin sering seseorang terpapar video singkat, semakin pendek rentang fokusnya. Konten yang terus berganti cepat mendorong otak mencari rangsangan instan. Ini mengganggu kemampuan otak untuk mempertahankan fokus pada aktivitas yang memerlukan konsentrasi lama.
Dampak pada Kesehatan Mental
Tinjauan yang sama juga menemukan kaitan antara konsumsi video pendek dan peningkatan gejala depresi, kecemasan, stres, serta rasa kesepian. Banyak pengguna terpapar konten yang memicu perbandingan sosial. Akibatnya, muncul beban psikologis yang meningkatkan reaktivitas emosional.
Selain itu, paparan konten berulang memicu sistem reward otak. Otak menjadi terbiasa dengan rangsangan instan. Ketika tidak mendapatnya, muncullah rasa gelisah.
Pendapat Para Ahli: Kekhawatiran yang Mulai Beralasan
Peringatan dari Neuropsikolog
James Jackson, seorang neuropsikolog dari Vanderbilt University Medical Center, menyatakan bahwa kekhawatiran terhadap video pendek bukan sekadar panik moral. Ia menilai bukti awal cukup kuat dan menunjukkan risiko nyata terhadap fungsi otak.
Menurut Jackson, sejarah mencatat bahwa masyarakat sering panik terhadap teknologi baru. Namun kali ini ada alasan kuat di baliknya. Riset dari berbagai negara, termasuk Yordania, Arab Saudi, dan Mesir, menunjukkan kaitan antara konsumsi video dan kelelahan kognitif serta masalah memori.
Dr Nidhi Gupta, seorang endokrinologis pediatrik, menggambarkan fenomena ini sebagai bentuk kecanduan generasi baru. Ia menyebutnya seperti gabungan antara video game dan televisi, tetapi dalam skala lebih kuat.
Konten singkat memberikan stimulasi cepat dan konsisten. Setiap guliran layar menghadirkan kejutan baru. Pola ini memicu pelepasan dopamin berulang sehingga mengikat perhatian pengguna.
Namun, Dr Gupta menegaskan bahwa masih dibutuhkan penelitian lebih panjang. Pertanyaannya adalah apakah perubahan ini dapat kembali normal ketika konsumsi dikurangi. Jawabannya memerlukan waktu bertahun-tahun.
Apakah Efeknya Bersifat Permanen?
Sejauh ini, belum ada kesimpulan akhir. Penelitian masih berlangsung dan para ilmuwan bekerja untuk memahami mekanisme otak dengan lebih rinci. Namun, pandangan awal menunjukkan bahwa efeknya mungkin dapat diatasi jika kebiasaan diperbaiki.
Meski begitu, Jackson menyampaikan ketidakoptimisannya. Ia yakin, dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, penelitian akan menunjukkan tanda-tanda perubahan kognitif yang sulit diabaikan. Artinya, kekhawatiran saat ini mungkin bukan sekadar kepanikan tanpa dasar.
Mengapa Video Pendek Sangat Menarik?
Ada alasan mengapa video pendek begitu memikat. Konten jenis ini memenuhi kebutuhan instan otak. Seseorang tidak perlu berpikir lama. Informasi disajikan cepat dan menantang naluri rasa ingin tahu.
Selain itu, algoritma mendorong konten yang paling tepat dengan preferensi pribadi. Konten terus disesuaikan dengan minat pengguna. Akhirnya, seseorang bisa menghabiskan waktu berjam-jam tanpa disadari.
Video pendek membawa hiburan dan kreativitas. Namun konsumsi berlebihan bisa memengaruhi kesehatan mental serta fungsi otak. Penelitian awal menunjukkan tanda-tanda dampak negatif. Para ahli memperingatkan agar masyarakat waspada, terutama generasi muda.
Penting bagi individu untuk memahami batasan. Mengatur waktu menonton, membentuk pola konsumsi sehat, dan memperhatikan dampak emosional menjadi langkah awal yang bijak.
Fenomena ini tidak harus berakhir negatif. Teknologi tetap dapat dimanfaatkan. Namun, kesadaran dan pengendalian diri menjadi kunci agar otak tetap sehat dalam era hiburan cepat.









Leave a Reply