BNN – Tugu Tani menjadi penanda jalan menuju rumah Dewi Astutik, perempuan yang baru ditetapkan sebagai gembong narkoba oleh BNN. Lokasinya berada di RT 01 RW 01, Dukuh Sumber Agung, Desa Balong, Ponorogo. Dari Tugu Tani, rumah tersebut dapat dicapai setelah menempuh jarak sekitar 200 meter ke arah timur.
Di rumah berukuran 8 kali 12 meter itu, Sarno—suami Dewi—tinggal sendirian. Rumah bercat putih tersebut terlihat sederhana. Sarno hidup tanpa orang tua karena keduanya telah lama meninggal. Dua anak kembar mereka kini menempuh pendidikan di sebuah pondok pesantren di Ponorogo.
Sarno menikahi Dewi, yang memiliki nama asli Paryatin, pada tahun 2008. Kehidupan rumah tangga mereka berjalan normal. Namun, kondisi ekonomi kian sulit ketika anak kembar mereka masih kecil. Tekanan ekonomi membuat Dewi ingin mencari pekerjaan di luar negeri.
Keputusan Bekerja ke Luar Negeri dan Perubahan Identitas
Pergi dengan Identitas Adik Kandung
Pada tahun 2013, Dewi mengambil keputusan besar. Ia memilih bekerja di Taiwan sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI). Namun, keberangkatannya dilakukan dengan identitas sang adik, Dewi Astutik. Hal tersebut dibenarkan oleh Suparno, keluarga dekat yang mengetahui proses keberangkatan itu.
“Sejak awal, Dewi memang pergi memakai nama adiknya,” ujar Suparno.
Setelah berangkat, Dewi tidak pulang selama sepuluh tahun. Ia bekerja di Taiwan dari 2013 hingga 2023. Komunikasi dengan keluarga pun terbatas. Ia biasanya menghubungi anak-anaknya hanya sebulan sekali.
Minim Kiriman Uang, Ekonomi Keluarga Tetap Berat
Selama bekerja di luar negeri, Dewi jarang mengirim uang. Sarno menyebut bahwa kiriman tersebut hanya sesekali dan jumlahnya tidak besar. Uang itu hanya cukup untuk jajan atau kebutuhan kecil anak-anaknya.
Karena kondisi tersebut, Sarno harus bekerja serabutan. Setiap pekerjaan yang datang ia terima demi mencukupi kebutuhan keluarga. Menurut Purnomo, Ketua RT setempat, Sarno bekerja sangat keras demi keberlangsungan hidup kedua anaknya.
Kepulangan Dewi ke Ponorogo dan Tekad Kembali ke Luar Negeri
Pada tahun 2023, Dewi kembali ke rumah setelah sepuluh tahun di Taiwan. Saat berada di Balong, ia sempat membuka usaha kecil berupa nasi bungkus. Usaha itu berjalan sederhana karena modal yang terbatas.
Namun, di akhir tahun yang sama, Dewi memutuskan kembali bekerja ke luar negeri. Kepada Sarno, ia menyampaikan keinginan untuk kembali bekerja pada bos lamanya di Taiwan. Kenyataannya berbeda. Dewi justru berangkat ke Kamboja.
“Pamitnya mau kembali ke Taiwan. Ternyata malah ke Kamboja,” ujar Sarno.
Penangkapan di Kamboja dan Guncangan Keluarga
Keluarga Tidak Menyangka Keterlibatan Dewi
Penangkapan Dewi Astutik oleh aparat Kamboja mengejutkan banyak pihak. Namun, keluarga menjadi pihak yang paling terpukul. Sarno mengaku sangat terkejut setelah mendengar kabar tersebut.
Menurutnya, Dewi berangkat pada awal tahun 2024. Ia tidak menyangka kepergian istrinya itu justru mengantarkan pada dugaan keterlibatan jaringan narkoba internasional.
“Saya sudah menasehati agar tidak bekerja lagi di luar negeri. Namun dia tetap berangkat,” kata Sarno.
Ia menjelaskan bahwa proses keberangkatan terakhir Dewi dilakukan sendiri tanpa bantuan pihak keluarga. Karena itu, Sarno tidak mengetahui detail aktivitas istrinya di luar negeri.
Sarno Mengaku Tidak Mengetahui Aktivitas Istri
Sarno menegaskan bahwa ia tidak pernah tahu aktivitas Dewi di Taiwan maupun Kamboja. Ia hanya mengetahui bahwa Dewi bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Dugaan keterlibatan Dewi dalam jaringan narkoba internasional membuatnya kebingungan.
“Saya tidak tahu apa pun soal sepak terjangnya,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa kehidupan keluarganya selama ini jauh dari dunia kriminal. Bahkan, lingkungan sekitar mengenal mereka sebagai keluarga sederhana tanpa riwayat penyimpangan.
Perjalanan Panjang Berakhir pada Proses Hukum
Keluarga Pasrah Menunggu Keputusan Aparat
Dengan status Dewi sebagai tersangka gembong narkoba, Sarno hanya bisa pasrah. Ia menyerahkan seluruh proses hukum kepada pihak yang berwenang. Keputusan itu ia anggap sebagai satu-satunya jalan terbaik bagi keluarga.
“Kami hanya bisa pasrah dengan keadaan ini,” tuturnya.
Sarno menegaskan bahwa ia berharap proses hukum berjalan adil. Ia juga berharap kasus tersebut tidak berdampak pada anak-anaknya yang masih menempuh pendidikan.
Kasus Dewi Astutik menjadi peringatan bahwa tekanan ekonomi sering membuat seseorang mengambil keputusan besar. Dalam perjalanan panjangnya, Dewi berusaha membantu keluarganya dengan bekerja ke luar negeri. Namun, perjalanan itu berakhir pada dugaan keterlibatan jaringan narkoba berkelas internasional.
Sementara itu, keluarga yang ditinggalkan hanya bisa menghadapi kenyataan pahit. Sarno dan anak-anaknya menjalani kehidupan sederhana di Balong. Untuk kini, mereka hanya menunggu proses hukum dan berharap kebenaran segera terungkap.









Leave a Reply