Moda transportasi masa depan berupa taksi terbang kini mulai merambah pasar Indonesia, menyasar kalangan berduit yang ingin menghindari kemacetan ibu kota. Melalui teknologi EHang 216 S, layanan ini disebut-sebut bisa menjadi alternatif transportasi udara murah bagi masyarakat kelas atas yang sebelumnya mengandalkan helikopter.
Executive Chairman Prestige Aviation, Rudy Salim, mengungkapkan bahwa EHang 216 S dirancang khusus untuk mobilitas jarak pendek di dalam kota, bukan untuk perjalanan antarkota.
“Artinya memang bukan buat antarkota. Bukan buat Jakarta–Bandung, bukan Jakarta–Bogor. Tapi dari PIK ke Senayan, Senayan ke Pondok Indah. Memang transportasi dalam kota,” ujar Rudy dalam pernyataan pers di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Rabu (25/6).
Cocok untuk Mobilitas Perkotaan
Menurut Rudy, EHang 216 S akan menawarkan efisiensi dan kemewahan sekaligus, menjadikannya solusi mobilitas urban air mobility (UAM) yang ideal di kota besar seperti Jakarta. Ia menyebutkan rute-rute pendek yang selama ini memakan waktu karena kemacetan bisa ditempuh hanya dalam waktu sekitar 25 hingga 30 menit.
Tak hanya untuk Jakarta, Prestige Aviation juga berencana memperluas uji coba layanan ini ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Tapi kami mau coba juga di IKN ke depannya,” ungkap Rudy.
Tarif Jauh Lebih Murah Dibanding Helikopter
Dibandingkan dengan tarif helikopter yang bisa mencapai Rp50 juta per penerbangan, EHang 216 S diklaim jauh lebih terjangkau, dengan biaya mulai dari Rp500 ribu sekali jalan. Harga ini menjadi keunggulan utama EHang 216 S dalam menjangkau lebih banyak pengguna dari segmen kelas menengah atas yang selama ini belum tersentuh layanan udara eksklusif.
“Untuk perjalanan singkat, hanya butuh Rp500 ribu. Helikopter bisa sampai Rp50 juta. Jadi ini revolusioner,” kata Rudy.
EHang 216 S merupakan kendaraan udara tanpa pilot (autonomous aerial vehicle) buatan China yang telah digunakan di berbagai negara. Di Indonesia, pengoperasian kendaraan ini masih menunggu sinkronisasi regulasi dari otoritas penerbangan dan transportasi, terutama terkait aspek keselamatan dan wilayah udara.
Namun, Prestige Aviation menyatakan telah siap secara teknis, dan kini menanti kesiapan infrastruktur serta dukungan regulasi agar layanan ini bisa segera diluncurkan secara komersial.
Kehadiran taksi terbang di Indonesia menjadi tonggak baru dalam sektor transportasi nasional. Selain sebagai simbol kemajuan teknologi, layanan ini juga mencerminkan perubahan kebutuhan mobilitas masyarakat perkotaan yang semakin mendesak terhadap kecepatan dan kenyamanan. Bila berhasil, taksi terbang bisa menjadi solusi strategis di tengah kemacetan akut yang kian sulit ditangani dengan moda konvensional. (***)




Leave a Reply