Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah sebuah rudal yang ditembakkan Iran menghantam Soroka Medical Center, rumah sakit terbesar di wilayah selatan Israel, pada Kamis (19/6) waktu setempat. Serangan ini dikonfirmasi langsung oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Kementerian Luar Negeri Israel.
Serangan balasan dari Iran ini terjadi setelah Israel melancarkan serangan udara ke reaktor air berat Arak, fasilitas nuklir strategis milik Iran. Meski televisi pemerintah Iran menyatakan tidak ada bahaya radiasi dari serangan tersebut, respon Iran dengan menargetkan fasilitas sipil menimbulkan kecaman luas di kancah internasional.
Juru bicara Soroka Medical Center mengungkapkan bahwa rudal menyebabkan kerusakan signifikan di beberapa bagian rumah sakit. “Kami saat ini tengah menilai kerusakan dan potensi korban luka. Kami meminta masyarakat untuk tidak datang ke rumah sakit hingga pemberitahuan lebih lanjut,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Rumah sakit ini memiliki kapasitas lebih dari 1.000 tempat tidur dan melayani sekitar 1 juta warga Israel di wilayah selatan. Serangan ke fasilitas medis tersebut menimbulkan kekhawatiran dari perspektif hukum internasional, karena rumah sakit termasuk objek sipil yang dilindungi dalam konflik bersenjata.
Insiden ini menuai reaksi keras di media sosial dan komunitas internasional. Akun @vasishtanagalla di platform X (sebelumnya Twitter) menyebut serangan rudal ke rumah sakit sebagai “kejahatan perang terbesar” yang dilakukan oleh pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dan pemerintahannya.
“Soroka Medical Center telah dihantam rudal #Iran. Ini adalah rumah sakit terbesar di Israel selatan. Ini adalah salah satu kejahatan perang terbesar dan kesalahan fatal yang dilakukan oleh Ayatollah #Khamenei dan para mullahnya,” tulis akun tersebut.
Menanggapi serangan ini, Israel melanjutkan gelombang serangan udara ke berbagai wilayah di Iran, termasuk ibukota Teheran. Meski titik-titik serangan belum dirinci, operasi militer ini menandai hari ketujuh serangan balasan Israel sejak konflik terakhir meletus.
Beberapa pembatasan aktivitas sipil yang sempat diberlakukan untuk melindungi warga dari ancaman rudal kini telah dicabut oleh otoritas Israel, menandakan bahwa intensitas serangan dari pihak Iran mungkin mulai menurun.
Dalam perkembangan terbaru, Pemimpin Tertinggi Iran menolak seruan Amerika Serikat untuk meredakan ketegangan dan memperingatkan bahwa intervensi militer AS hanya akan memperparah situasi.
Komunitas internasional kini menghadapi tekanan untuk bertindak guna menghindari jatuhnya lebih banyak korban sipil dalam konflik berkepanjangan antara kedua negara. Dunia menanti langkah dari PBB dan badan-badan internasional dalam merespons pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan internasional ini. (***)




Leave a Reply