Pemerintah Pakistan menyatakan dukungan penuh kepada Iran di tengah meningkatnya eskalasi konflik antara Iran dan Israel, serta menyerukan persatuan negara-negara Muslim untuk menghadapi ancaman serupa di masa mendatang. Pernyataan tegas ini disampaikan Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, pada Sabtu (14/6), di tengah memanasnya ketegangan militer di kawasan Timur Tengah.
“Israel telah menargetkan Iran, Yaman, dan Palestina. Jika negara-negara Muslim tidak bersatu sekarang, masing-masing akan menghadapi nasib yang sama,” ujar Asif, dikutip oleh kantor berita Anadolu Agency.
Asif menegaskan bahwa Pakistan memiliki hubungan yang dalam dengan Iran dan menyatakan bahwa Islamabad akan mendukung Teheran di setiap forum internasional. “Kami mendukung Iran dan akan mendukung mereka di setiap forum internasional untuk melindungi kepentingan mereka,” tegasnya.
Konflik memuncak sejak Jumat dini hari, ketika Israel melancarkan serangan udara ke wilayah Iran. Serangan tersebut menargetkan fasilitas nuklir dan rudal strategis, menewaskan lebih dari 104 orang, termasuk sejumlah pejabat militer tinggi dan ilmuwan terkemuka. Sedikitnya 380 orang dilaporkan terluka dalam serangan yang disebut sebagai salah satu yang paling mematikan dalam konflik terbaru antara kedua negara tersebut.
Di antara korban dilaporkan termasuk Kepala Staf Militer Iran, komandan senior Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), serta beberapa ilmuwan nuklir. Serangan ini menuai kecaman dari berbagai negara, termasuk Turki dan Pakistan.
Menanggapi eskalasi konflik dan potensi ancaman lebih luas terhadap dunia Muslim, Khawaja Asif juga mendesak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk segera bersidang dan merumuskan strategi bersama.
“Sudah saatnya OKI mengambil langkah nyata. Dunia Islam tidak boleh diam saat satu per satu negara Muslim diserang dan dilemahkan,” ujarnya.
Pernyataan Pakistan ini mempertegas posisi negara tersebut dalam peta geopolitik kawasan, sekaligus menambah tekanan internasional terhadap Israel di tengah kritik global atas kebijakan militernya. Sejumlah pengamat menyebut situasi saat ini sebagai titik kritis yang bisa memicu konflik regional yang lebih luas jika tidak segera diredam melalui jalur diplomasi. (***)




Leave a Reply