Emas kini menjadi primadona baru di Argentina. Negara yang selama puluhan tahun menggantungkan harapan pada dolar AS, kini mulai beralih ke logam mulia sebagai aset lindung nilai. Perubahan ini menandai transformasi besar dalam pola pikir investor di tengah merosotnya daya tarik dolar.
Ketergantungan pada Dolar Mulai Terkikis
Argentina dikenal sebagai salah satu negara dengan ketergantungan tertinggi terhadap mata uang Amerika Serikat. Namun, inflasi tinggi di AS dan penguatan nilai tukar peso di bawah pemerintahan Presiden Javier Milei membuat dolar tak lagi menjadi pilihan utama.
“Dolar sekarang menjadi pilihan terbaik kedua,” kata Juan Piantoni, CEO Ingot, penyedia layanan brankas. Banyak warga Argentina kini beralih ke emas karena dinilai lebih stabil dan tahan inflasi.
Emas Jadi Investasi Populer
Warga Argentina mulai membeli emas batangan, emas kecil, hingga produk investasi seperti ETF emas. Kenaikan permintaan dipicu oleh pelonggaran kontrol valuta asing, yang memungkinkan pembelian emas dengan peso secara langsung, bahkan melalui skema cicilan tanpa bunga.
Leonardo Echegoyen, Direktur Banco Piano, menyebut tren ini sebagai “fenomena baru.” Bank yang ia pimpin bahkan melipatgandakan volume impor emas dari Swiss, dari dua pengiriman sepanjang 2024 menjadi lima pengiriman pada paruh pertama 2025.
“Orang mencari keuntungan dari dolar mereka dalam bentuk komoditas yang lebih stabil,” ujar Echegoyen.
Kisah unik bahkan muncul, seperti nasabah yang menyimpan dolar di pipa dapur hingga uangnya menggumpal seperti beton.
Dari Brankas ke Perhiasan
Tradisi menyimpan dolar di brankas kini mulai tergantikan oleh emas. Piantoni menambahkan, “Brankas diciptakan untuk barang berharga, dan kini banyak yang memilih menyimpan emas daripada dolar.”
Harga emas global sendiri telah melonjak lebih dari 27% dalam setahun terakhir, mencapai rekor di atas USD 3.300 per ons. Di Argentina, emas perhiasan dijual seharga USD 114 per gram dengan margin beli-jual sekitar 10-15%. Banyak toko bahkan menawarkan cicilan 3-6 bulan tanpa bunga dan cashback hingga 30%.
Daya Tarik Emas di Bursa dan Retail
Permintaan emas juga meningkat di pasar keuangan. Dana ETF seperti SPDR Gold Shares (GLD) mencatat lonjakan arus masuk 170% pada kuartal pertama 2025, mendorong permintaan investasi emas ke level tertinggi sejak 2022, menurut World Gold Council.
Di sisi lain, toko perhiasan seperti Leiva Joyas mengalami lonjakan penjualan dua kali lipat dibanding tahun lalu. “Permintaan emas harian kami kini mencapai 300 permintaan,” ungkap Daiana Azcona, eksekutif penjualan Leiva Joyas.
Trauma Finansial Picu Minat Emas
Krisis ekonomi 2001 yang mengguncang Argentina masih meninggalkan luka. Konversi paksa simpanan dolar ke peso kala itu membuat warga kehilangan kepercayaan terhadap sistem perbankan.
Akibatnya, lebih dari USD 200 miliar berada di luar sistem keuangan formal. Banyak warga menyimpan uang di real estat, brankas pribadi, atau tempat tersembunyi seperti kasur dan pipa.
Kini, dengan kemudahan akses ke emas dan ketidakpastian global yang terus berlanjut, emas menjelma jadi simbol stabilitas baru.
Prospek ke Depan
Pemerintah Argentina bahkan tengah mempertimbangkan untuk menaikkan batas pembelian emas bebas pajak dari USD 7.200 menjadi USD 12.000 per bulan. Kebijakan ini diharapkan bisa mendorong lebih banyak investasi di sektor logam mulia.
Dengan kombinasi faktor lokal dan global, emas kian memantapkan posisinya sebagai pilihan investasi utama di Argentina. Bagi warga negara yang terbiasa dengan krisis dan inflasi dua digit, logam mulia ini tak hanya jadi aset, tapi juga bentuk perlindungan dan harapan baru. (***)




Leave a Reply